Jumat, 04 Januari 2013

(ʃƪ˘˘ﻬ)~♥My favorite Novel

Hy guys, ini cerita ini gw ambil dari novel favorit gw. Gw suka banget di season yg ini karna gw fikir ini lumayan Romantic dan pas banget buat di share.
Check it out!! :D
Eiffel.. I'm in love
“Punya krayon warna daun ngga?”, tanya Tita pada Adit yang sedang asik mewarnai gambar di depan TV.
“Cari aja ndiri!”, jawab Adit dengan ketus tanpa berhenti mewarnai gambarnya.
“Tapi kan tadi adit make.”, jawab Tita yang masih 5 tahun dengan lugunya. Adit yang 3 tahun lebih tua darinya hanya diam saja. Ia sama sekali tidak menanggapi Tita yang sedang kebingungan mencari krayon warna hijau itu. “Kok warna Eiffelnya gitu sih? Warna pink aja. Kayak boneka Tita di kamar.”, Kata Tita sambil menunjuk ke arah Eiffel yang sedang mereka warnai.
“Eiffel memang warna abu-abu!”, jawab Adit dengan galaknya.
“Ni dia krayonnya.”, kata Tita yang telah menemukan krayon warna hijau yang dicari-carinya di kotak krayonnya. Ia pun mulai mewarnai gambar pepohonan di sekitar Eiffel.
“Aku punya temen di sekolah. Namanya Riri. Katanya, kalo udah gede, dia mao jadi pelukis soalnya Riri suka gambar.”, Cerita Tita sambil asik menggambar.
“Warna biru dong!”, pinta Adit.
“Biru?”, kata Tita sambil mencari krayon warna biru di antara krayon-krayon yang bertebaran di lantai. “Nih!”. Tita menyodorkan krayon biru yang ia temukan di dekat kakinya.
Adit kemudian menerimanya dan mulai mewarnai gambar langit.
“Adit punya cita-cita ngga?”, tanya Tita.
“Ngga!”, jawab Adit.
“Kemaren  di kelas, bu Indah bilang kalo semua orang punya cita-cita.”
“Ngewarnainnya jangan keluar garis dong!”, komentar Adit.
“Maaf. Nggak sengaja.”, kata Tita yang merasa bersalah.
“Terus, kata bu Indah, kita harus bisa bikin cita-cita kita jadi beneran.”
“Kamu punya cita-cita?”, tanya Adit yang sok cuek dan tetap mewarnai gambarnya tanpa melihat Tita sedikit pun.
“Aku punya banyak cita-cita. Aku mao jadi pramugari sama mau jadi putri kerajaan.”, jawab Tita dengan semangat.
“Ngga mungkin.”, komentar Adit tanpa ekspresi.
“Kata bu Indah, ngga ada yang ngga mungkin. Tapi cita-cita yang paling aku mau itu, aku mau nikah kayak Bunda sama Papa. Aku mao punya suami yang baik kayak Papa terus aku mau dilamar kayak di TV. Nanti kita punya 10 anak terus aku dipanggil ‘Bunda’.”, jelas Tita.
“Siapa yang mau jadi suaminya?”, tanya Adit sambil mencari krayon warna kuning.
“Ngga tau. Tapi aku mao punya suami yang baik yang bilang cinta ke aku tiap hari terus kita hidup bahagia selamanya kayak Cinderella.”
“Itu yang kamu mau?”, tanya Adit.
“Ya. Kalo Adit cita-citanya apa?”, tanya Tita.
“Ngga tau!”, jawab Adit dengan ketus.
“Masa ngga tau? Kata bu Indah, kalo kita ngga punya cita-cita, kita harus bikin. Yang paling Adit mau sekarang apa?”
“Aku...mao...bikin cita-cita kamu jadi beneran.”, jawab Adit.
“Ya? Asik!”, kata Tita dengan girang. “Cita-cita aku yang mana?”, tanyanya.
“Yang terakhir kamu ceritain.”, jawab adit yang menutupi rasa malunya.
“Janji ya!”, kata Tita sambil mengangkat kelingkingnya.
“Janji.”, kata Adit sambil melingkarkan kelingkingnya ke kelingking Tita sebagai bukti janji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar